Radio Cagar Budaya

...Selamat datang di blog 'Radio Nusantara' ~...

Minggu, 27 Februari 2011

Bale Golo Golo



gambar ilustrasi karya Herjaka HS
Kisah ini merekam intrik politik di negeri Astina pasca meninggalnya Prabu Pandu Dewonoto. Mayoritas rakyat astina, menghendaki para ksatria Pandowo untuk melanjutkan pemerintahan Astina. Maka Adipati Drestoroto sebagai care taker pemerintahan, memerintahkan Patih Sengkuni untuk merayakan pergantian pemerintahan di padang Bale Segolo – golo.

Tapi Joko Pitono, ksatria Kurawa anak Adipati Drestoroto, tidak legowo memberikan kekuasaan ke para satria Pandawa. Ia pun berkoalisi dengan Patih Sengkuni menyusun siasat jahat untuk menggagalkan dan merebut tahta dari Pandawa. Satu-satunya cara, Bima dan saudara–saudaranya harus dibunuh. Maka Patih Sengkuni menyuruh kontraktor ahli bahan peledak yang bernama Purucona untuk mendesain tempat perhelatan akbar tersebut dengan bahan–bahan yang gampang meledak dan mudah terbakar.
Maka ketika malam penobatan tiba, di tengah eforia dan pesta pora, kebakaran hebat melanda. Esok paginya bala Kurawa menemukan lima sosok mayat pria dan satu wanita. Mereka menyimpulkan mayat–mayat itu adalah lima bersaudara Pandawa, termasuk Raden Puntadewa yang disiapkan menjadi raja, dan Ibunda meraka Dewi Kunti. Dengan kematian Pandawa, Kurawa mengklaim sebagai penerus sah kepemimpinan Astina. Mereka lalu melantik Duryudana sebagai raja menggantikan Puntadewa.

Padahal Pandawa dan Kunti selamat dari amuk api, berkat campur tangan Batara Antaboga. Dewa penguasa dasar bumi ini menggagalkan konspirasi jahat Kurawa dengan menciptakan terowongan menuju perut bumi. Lima mayat yang hangus dilalap api tidak lain adalah para sudra, pengemis dan gelandangan, yang menumpang berteduh di padepokan Pandawa di Bale Segolo- golo pada malam menjelang kejadian. Kebaikan hati Kunti menolong mereka telah berbuah keselamatan bagi Pandawa dan masa depan politik mereka.
Pandawa kemudian mendapat konsesi berupa hutan Wanamarta. Di bekas hutan inilah Puntadewa dan saudara-saudaranya membangun kerajaan Pandawa. Intrik Bale Segolo-golo menjadi awal rivalitas politik berkepanjangan antara Kurawa dan Pandawa.
(disunting dari sumber Kompas:selasa, 28 Juli 2009)







silahkan menikmati cerita lengkap Bale Golo golo oleh Ki Nartosabdho.mungkin sedikit berbeda dengan cerita di atas,tapi saya yakin masih tetap'nyamleng' untuk di nikmati.


      Download mp3 bale Golo golo
File mp3 di ambil dari Rumahnya Mas Edy Listanto

Selasa, 22 Februari 2011

Babad Wanamarta

gambar ilustrasi oleh Herjaka HS


Cerita setelah bale sigolo-golo. Pandawa yang akhirnya selamat hidup di sapta arga bersama kakenya abiyasa. Tak lama kemudian bima datang ke hastina untuk menanyakan hak pandawa atas hastina. Disaat itulah muncul polemik antara menyerahkan tahta hastina yang terlanjur di pegang oleh duryudana. Akhirnya muncul gagasan untuk memberikan sebagian hastina kepada bima. Karena jika duryudana turun tahta merasa malu, duryudana lebih baik mati dari pada menanggung malu. Gagasan tersebut muncul dari patih sengkuni. Dengan maksud jika bima menebang hutan dapat dibunuh di hutan tersebut.

Tanah yang diberikan kepada pandawa masih berupa hutan, yaitu hutan wanamarta. Bima pun menyetujui usulan tersebut dikarenakan tidak ingin bergantung kepada kakeknya terus menerus. Hutan wanamarta akan dibangun menjadi sebuah negara. Wanamarta (Wana berarti Hutan). Hutan tersebut terkenal keangkerannya, begitu angkernya sehingga digunakan istilah "Manusia Datang, Manusia Mati, Hewan Datang, Hewan Mati" (Jalma Mara, Jalma Mati, Sato Mara, Sato Mati) untuk menggambarkan keangkerannya. Wanamarta sesungguhnya merupakan kerajaan siluman yang sangat besar, terdiri dari satu pusat pemerintahan dan empat negara bagian, diperintah lima bersaudara raja jin. Mereka adalah Yudhistira memerintah pusat Pemerintahan, dan keempat adiknya yang menguasai empat negara bagian, yaitu Arya Dandunwacana menguasai Negara Jodipati, Arya Dananjaya menguasai Negara Madukara, Nakula menguasai Negara Sawojajar, dan Sadewa menguasai Negara Bumiretawu


Perjuangan Bima membuka Hutan Wanamarta mendapat tantangan prajurit jin dibawah pimpinan Arya Dandunwacana yang dibantu Detya Sapujagad, Detya Sapulebu, dan Detya Sapuangin, Senapati Perang Negara . Pada mulanya Bima mengalahkan lawan lawannya. Tetapi ketika melawan Arya Dandunwacana, Bima dijerat dengan ‘ Jala Sutra Emas ‘. Mereka diringkus dan dipenjarakan di Negara Amarta



Arjuna yang mencari bima di wanamarta bertemu dengan Begawan wilawuk. Terjadilah pertempuran antara Begawan wilawuk. Akhirnya arjuna kalah dan dibawa ke kediaman Begawan Wilawuk. Arjuna dinikahkan dengan putri Begawan Wilawuk. Oleh Begawan Wilawuk, Arjuna diberi minyak Jayengkaton atau Minyak Prenowo.


Berkat khasiat ‘ Minyak Jayengkaton ‘ pemberian Bagawan Wilawuk kepada Arjuna, yang apabila dioleskan pada kelopak mata akan dapat melihat alam gaib / makhluk dan kerajaan siluman. Dengan khasiat Minyak Jayengkaton pula mereka dapat membuka tabir rahasia Hutan Wanamarta yang merupakan kerajaan siluman.


Sedangkan bima yang terjerat jala sutra bertemu dengan arimbi. Arimbi dapat melepaskan jala sutra yang menjerat tubuh bima. Dan arimbi menikah dengan bima.


Melalui peperangan yang seru, akhirnya semua raja jin dapat dikalahkan oleh Pandawa. Arya Dandunwacana dapat dikalahkan Bima, kemudian menyatu dalam tubuh Bima setelah menyerahkan Negara Jodipati. Arya Dananjaya dikalahkan Arjuna dan menyerahkan Negara Madukara.


Demikian pula Detya Sapuangin, dapat dikalahkan Arjuna dan menjelma menjadi ajian Arjuna. Sehingga Arjuna dapat berlari secepat angin. Nakula dan Sadewa dapat dikalahkan dan manunggal dalam tubuh Pinten dan Tangsen setelah menyerahkan Negara Sawojajar dan Bumiretawu. Prabu Yudhistira sendiri manunggal dalam tubuh Puntadewa, sehingga Puntadewa juga bernama Yudhistira. Sejak itu Negara Siluman amarta berubah menjadi negara yang dapat dilihat dengan pandangan mata biasa, menjadi sebuah negara yang besar dan megah dan diganti namanya menjadi Negara Amarta...
(ringkasan cerita oleh Deka Manik Kusuma)



                  Bergabung dengan Paguyuban Pecinta Wayang (PPW) DISINI

Babad Wanamarta akan di ceritakan dengan alur cerita yang sangat memukau oleh Ki Nartosabdho,dapat anda nikmati dalam bentuk mp3 dibawah ini.



Download mp3 Babad Wanamarta
file di ambil dari Rumahnya Mas Pranawa Budi

Senin, 14 Februari 2011

Anggada Balela


Anggada atau Hanggada adalah seorang tokoh dalam wiracarita Ramayana. Ia adalah wanara muda yang sangat tangkas dan gesit. Kekuatannya sangat dahsyat, sama seperti ayahnya, yakni Subali. Dalam kitab Ramayana disebutkan bahwa ia dapat melompat sejauh sembilan ratus mil. Anggada dilindungi oleh Rama dan akhirnya membantu Rama, berperang melawan Rahwana merebut kembali Dewi Sita, istri Rama.


Dalam lakon kali ini Anggada menjadi tokoh muda yg membangkang keputusan dari Prabu Ramawijaya yang hendak menyerahkan tahtanya kepada putra angkatnya Dasawilukrama. Karena menurutnya tidak pantas seorang anak dari lawan terdahulu menggantikan posisinya. Dengan dasar seorang keturunan Prabu Dasamuka akan mengikuti jejak orang tuanya. Akan tetapi karena Prabu Rama telah berucap maka anggada dianggap sebagai pembangkang dari keputusan raja. Apalagi di Pancala Pancawati ada tata karma dalam menyampaikan pendapat. Anggada dianggap melanggar tata karma tersebut. Maka dari itu terjadilah perkalahian antara prajurit Pancala Pancawati melawan anggada. Akan tetapi beberapa prajurit kera belum sanggup menangkap anggada. Saat anoman menghadapi anggada. Anoman tidak melawan dengan kekerasan, akan tetapi lebih dengan cara memberikan pengertian-pengertian luhur untuk meluluhkan hati anggada. Jika anda ingin tuntas jalan cerita ini, silahkan dengar lakon anggada mbalelo yg dibawakan oleh dalang Ki Anom Suroto.

Ada beberapa pesan moral yg dapat diambil dari cerita ini. Salah satunya “kacang nurut lanjaran” dalam istilah jawa seorang anak akan sangat mungkin mengikuti jejak dan perilaku dari orang tuanya. Maka dari itu yg mau jadi orang tua mulai bersikaplah yang baik. Apakah kita mau anak cucu kita menjadi orang-orang yang tercela. Yang kedua musyawarah dan bertukar pendapat lebih mudah menyelesaikan permasalahan dari pada perkelahian. Sekian dari saya. Salam budaya bagi semua.(Deka Manik kusuma)

Bagi anda penggemar wayang kulit dimanapun anda berada,silahkan bergabung dengan PPW (Paguyuban Pecinta Wayang) untuk bisa menikmati lebih banyak lagi koleksi wayang kulit,baik berupa mp3 maupun audio video.

bergabung dengan PPW DISINI

silahkan menikmati  Anggada Balela yang di ceritakan oleh Ki Anom Suroto

 Download mp3 Anggada Balela

File mp3 di ambil dari Rumahnya Mas Guntur

Jumat, 11 Februari 2011

Pamuksa (Pandu Gugur)


Pandu (Sanskerta: पाण्‍डु; dieja Pāṇḍu) adalah nama salah satu tokoh dalam wiracarita Mahabharata, ayah dari para Pandawa. Pandu merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, yaitu Dretarasta yang sebenarnya merupakan pewaris dari Kerajaan Kuru dengan pusat pemerintahan di Hastinapura, tetapi karena buta maka tahta diserahkan kepada Pandu dan Widura, yang tidak memiliki ilmu kesaktian apapun tetapi memiliki ilmu kebijaksanaan yang luar biasa terutama bidang ketatanegaraan.
Pandu memiliki dua orang istri, yaitu Kunti dan Madri. Sebenarnya Pandu Dewanata tidak bisa mempunyai anak karena dikutuk oleh seorang resi, karena pada saat resi tersebut menyamar menjadi kijang untuk bercinta, Pandu memanah hingga resi itu tewas. Kedua istri Pandu Dewanata mengandung dengan cara meminta kepada Dewa. Pandu Dewanata akhirnya tewas karena kutukan yang ditimpa kepadanya, dan Madri menyusul suaminya dengan membakar dirinya.
Nama Pandu atau pāṇḍu dalam bahasa Sanskerta berarti pucat, dan kulit beliau memang pucat, karena ketika ibunya (Ambalika) menyelenggarakan upacara putrotpadana untuk memperoleh anak, ia berwajah pucat.
Di kalangan Jawi (Jawa Kuna/Sunda), Pandu berasal dari Wandu yang artinya bukan laki bukan perempuan, tetapi bukan banci. Tegasnya, sajeroning lanang ana wadon, sajeroning wadon ana lanang, yaitu manusia yang sudah menemukan jodohnya dari dalam dirinya sendiri. Gusti Pangeran dan hambanya sudah bersatu dan selalu berjamaah.
Menurut Mahabharata, Wicitrawirya bukanlah ayah biologis Pandu. Wicitrawirya wafat tanpa memiliki keturunan. Ambalika diserahkan kepada Bagawan Byasa agar diupacarai sehingga memperoleh anak. Ambalika disuruh oleh Satyawati untuk mengunjungi Byasa ke dalam sebuah kamar sendirian, dan di sana ia akan diberi anugerah. Ia juga disuruh agar terus membuka matanya supaya jangan melahirkan putra yang buta (Dretarastra) seperti yang telah dilakukan Ambika. Maka dari itu, Ambalika terus membuka matanya namun ia menjadi pucat setelah melihat rupa Sang Bagawan (Byasa) yang luar biasa. Maka dari itu, Pandu (putranya), ayah para Pandawa, terlahir pucat.

Rabu, 09 Februari 2011

Bima Bungkus

Seperti kata pepatah dari jawa “nandur pari jero” adalah suatu sikap yang sudah seharusnya mengakar dalam pribadi jawa khususnya generasi muda jawa. Maksud dari ungkapan itu adalah menanam padi yang dalam dan lama waktunya membutuhkan ketelatenan, kesabaran, waktu dan biaya yang akhirnya menghasilkan padi yang lezat rasanya.
        Tokoh Bima atau Bratasena atau Werkudara adalah tokoh pendawa yang sudah sejak lahir ditakdirkan sebagai orang yang istimewa. Bima lahir dari gua garba/rahim ibu Kunti Talibrata pada saat dilahirkan tidak normal karena dalam keadaan terbungkus dan bungkus itu sulit untuk dipecahkan sampai beberapa lama. Kemudian ayah bima Prabhu Pandhu Dewanata melihat nasib anaknya yang seperti itu dianggap sebagai cobaan dari Dewata Agung , pada suatu malam Pandhu mendapat ilham bahwa kelak anaknya itu akan menjadi satria gagah perkasa berbudi luruh asalkan dia diasingkan dulu ke hutan Minangsraya. Akhirnya bungkus itu di bawa ketengah hutan Minangsraya oleh Harya Suman dan para kurawa.
         Harya Suman melihat perkembangan bungkus yang semakin hari semakin besar dan nampak sehat , melihat hal demikian dengan pemikiran politik mereka, mereka merasa kepentingan mereka untuk menguasai Negeri Astina itu terancam jika suatu saat bungkus itu berubah menjadi manusia. Dengan siasat licik bersama kurawa mereka berniat menghancurkan bungkus itu dengan berbagai macam senjata tetapi tidak mempan. Bahkan meski berbentuk bungkus dapat merepotkan para kurawa yaitu: Duryudana, Dursasana, Durmagati, Citraksa, Citraksi , mereka akhirnya mendapatkan malu sendiri (kewirangan)
         Hutan Minangsraya adalah hutan yang disebut “wana gung liwang liwung , jalma mara jalma mati (hutan lebat yang sunyi senyap, manusia yang datang pasti akan mati) “.
        Dalam penderitaannya didalam bungkus itu merupakan penderitaan karena ditempa oleh alam yang akan membuat bima menjadi hebat. Akhirnya Bathara Bayu menganugerahkan ilmu pengetahuan dan Busana yang mengandung arti misalnya sebagai berikut : A. Sumping Pundhak Sinumpet yang artinya Bima selalu menguasai ilmu kesempurnaan hidup : syariat, tarikat, hakikat, makrifat, tetapi tiak pernah menyombongkan diri, dia sering pura-pura bodoh. B. Pupuk Mas Rineka Jarot Asem yang artinya: Bima mempunyai watak budi pekerti yang luhur dengan selalu mengasah kebenaran dan pengetahuannya, karena sudah diambil putra oleh Hyang Bayu. C. Gelang Minangkara Cinandhi Rengga Endhek Ngarep Dhuwur Mburi yang artinya: senantiasa waspada terhadap dirinya sebagai hamba yang harus pasrah dan berbakti kepada Tuhan yang Maha Esa. Dll, Akhir kisah yang berhasil membuka bungkus itu adalah Gajah Sena sehingga Bima juga sering disebut dengan nama Sena/Seno.
(di sunting dari http://budayajawa.wordpress.com/)

Bagi penggemar wayang kulit dimanapun anda berada,silahkan bergabung dengan PPW (Paguyuban Pecinta Wayang) agar bisa menikmati lebih banyak lagi koleksi pagelaran wayang kulit,baik berupa mp3 maupun audio video.

daftar menjadi anggota PPW DISINI
 
  Ki Nartosabdho menceritakan tentang kelahiran Bima.
silahkan menikmatinya di bawah ini.
Download mp3 Bima Bungkus
file mp3 di ambil dari Rumahnya Mas Pranawa Budi

Senin, 07 Februari 2011

Kumbayana




Dalam wiracarita Mahabharata, Drona (Sanskerta: द्रोण, Droṇa) atau Dronacharya (Sanskerta: द्रोणाचार्य, Droṇāchārya) adalah guru para Korawa dan Pandawa. Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran, termasuk dewāstra. Arjuna adalah murid yang disukainya. Kasih sayang Drona terhadap Arjuna adalah yang kedua jika dibandingkan dengan rasa kasih sayang terhadap puteranya, Aswatama.
Drona dilahirkan dalam keluarga brahmana (kaum pendeta Hindu). Ia merupakan putera dari pendeta Bharadwaja, lahir di kota yang sekarang disebut Dehradun (modifikasi dari kata dehra-dron, guci tanah liat), yang berarti bahwa ia (Drona) berkembang bukan di dalam rahim, namun di luar tubuh manusia, yakni dalam Droon (tong atau guci).

Kisah kelahiran Drona diceritakan secara dramatis dalam Mahabharata.Bharadwaja pergi bersama rombongannya menuju Gangga untuk melakukan penyucian diri. Di sana ia melihat bidadari yang sangat cantik datang untuk mandi. Sang pendeta dikuasai nafsu, menyebabkannya mengeluarkan air mani yang sangat banyak. Ia mengatur supaya air mani tersebut ditampung dalam sebuah pot yang disebut drona, dan dari cairan tersebut Drona lahir kemudian dirawat. Drona kemudian bangga bahwa ia lahir dari Bharadwaja tanpa pernah berada di dalam rahim.

Drona menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan, namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari Kerajaan Panchala bernama Drupada. Drupada dan Drona kemudian menjadi teman dekat dan Drupada, dalam masa kecilnya yang bahagia, berjanji untuk memberikan setengah kerajaannya kepada Drona pada saat menjadi Raja Panchala.


Drona menikahi Krepi, adik Krepa, guru di keraton Hastinapura. Krepi dan Drona memiliki putera bernama Aswatama.


Minggu, 06 Februari 2011

Narasoma






Salya (Sansekerta: शल्य; Shalya) adalah raja Kerajaan Madra dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan kakak ipar dari Pandu, ayah para Pandawa. Menjelang terjadinya perang besar di Kurukshetra atau Baratayuda, ia terkena tipu muslihat pihak Korawa sehingga terpaksa berperang melawan para Pandawa. Salya akhirnya gugur pada hari ke-18 di tangan Yudistira.

Dalam pewayangan Jawa, Salya sering pula disebut dengan nama Prabu Salyapati, sedangkan negeri yang ia pimpin disebut dengan nama Kerajaan Mandaraka.

Menurut versi Mahabharata, raja Kerajaan Madra semula bernama Artayana, yang memiliki dua orang anak bernama Salya dan Madri. Setelah Artayana meninggal, Salya menggantikannya sebagai raja, sedangkan Madri menjadi istri kedua Pandu raja Hastinapura, yang kemudian melahirkan Nakula dan Sahadewa. Merujuk pada nama ayahnya, Salya dalam Mahabharata sering pula disebut Artayani.

Secara garis besar, versi pewayangan Jawa tidak berbeda dengan versi Mahabharata. Dalam versi ini raja Kerajaan Mandaraka semula bernama Mandrapati yang memiliki dua orang anak bernama Narasoma dan Madrim. Narasoma kemudian menjadi raja bergelar Salya, sedangkan Madrim menjadi istri kedua Pandu.

Versi Mahabharata menyebut Salya memiliki dua orang putra bernama Rukmarata dan Rukmanggada. Namun siapa nama istrinya atau ibu dari kedua anak tersebut tidak diketahui dengan jelas.


Versi Bharatayuddha, yaitu sebuah naskah berbahasa Jawa Kuno menyebut nama istri Salya adalah Satyawati. Dari perkawinan itu kemudian lahir Rukmarata.


Versi pewayangan Jawa menyebut perkawinan Salya dan Setyawati melahirkan lima orang anak. Yang pertama adalah Erawati istri Baladewa. Yang kedua adalah Surtikanti istri Karna. Yang ketiga adalah Banowati istri Duryudana. Yang keempat adalah Burisrawa, sedangkan yang terakhir adalah Rukmarata.

Kamis, 03 Februari 2011

Banjaran Bisma

Nalika Prabu Pratipa Raja negari Astina Ramane Prabu Sentanu lagi sekung anggone semedi ana ing sapinggiring kali Gangga,
katekanan wanita kang sulistya ing warna yaiku dewi Gangga.
dewi Gangga kalebu salah sawijining hapsari utawa widodari kang mudun saka kahyangan merga lagi nampa paukuman saka betara guru.
Dewi Gangga nyuwun supaya Prabu Pratipa gelem mundut garwa.
nanging Prabu Pratipa ora anyaguhi lan ora iso ngleksanani panyuwune Dewi Gangga,malah Prabu Pratipa janji mbesuk Dewi Gangga bakal di pundut putra mantu.

dina ganti sasi,sasi ganti tahun,Prabu Pratipa lengser keprabon,Raden Sentanu genteni kalungguhane ramane dadi ratu Astina kanti jejuluk/asma Prabu Sentanu.
ing sawijining dina Prabu Sentanu mlaku mlaku ana pinggiring kali Gangga.
nyumurupi wanita ayu sing ora liya yaiku Dewi Gangga.
Prabu Sentanu rumangsa sengsem lan kepranan awit endah sulistyaning warna,Dewi Gangga banjur kapundut garwa prameswari.
wis sawetara suwe anggone Prabu Sentanu lan Dewi Gangga sambut asilaning akrami,nanging katone durung atut.katitik Dewi Gangga durung gelem ngladeni Prabu Sentanu koyo dene kridaning wong jejodohan.sing kaya mengkana mau dadekake cuwa penggalihe Prabu sentanu.Dewi Gangga gelem leladi nanging nganggo syarat lan sarana,mbesuk menawa kagungan putra bakal di larung ana kali Gangga,Prabu sentanu saguh netepi kabeh syarat sing dadi panyuwune Dewi Gangga.



kacarita,Dewi Gangga garbini,tekan titiwancine lahir jabang bayi kang bagus rupane,banjur kalarung ana ing bengawan Gangga.wis makaping kaping Dewi Gangga nglarung jabang bayi kang di lahirake nganti lahir putra kang angka 9.Prabu Sentanu ora tega nyawang jabang bayi kang arep di larung,banjur menggak karepe Dewi Gangga nganti kedadean catur yuda.dewi Gangga bali menyang kahyangan,jabang bayi mau dening Prabu Sentanu kaparingan asma Raden Dewabrata.


Rikala Dewi Durgandini duwe panyuwun gelem di pundut garwa Prabu Sentanu, nanging Putra patutan karo Dewi Durgandini bakale sing ngganteni kalungguhane Prabu Sentanu dadi ratu ana ing negara Astina.kanti lila legawa Raden Dewabrata sumpah wadat/ora krama selawase,supaya keng rama iso nggarwa Dewi Durgandini lan ora dadekake daredah ing tembe mburine.
Raden Dewabrata tuhu satria kang bekti marang wong tuwa.

Banjaran Bisma,di ceritaake kanti crita kang runtut lan nyengsemake dening Ki Nartosabdho(KNS).diwiwiti saka Raden Dewabrata lahir nganti Resi Bisma gugur ana ing madyaning perang Baratayuda Jaya Binangun.

Download mp3 Banjaran Bisma

Selasa, 01 Februari 2011

Bambang Sakri Krama


Bambang Sakri iku anake Resi Satrukem lan Dewi Nilawati saka Pujangkara. Sawise dewasa Bambang Sakri kadereng atine supaya enggal duwe sisihan, wanita sing bakal ngancani lan ngampingi ngadhepi sakehing kaanan ing uripe.

Kanggo nggayuh pepenginane iku, Sakri banjur mbangun tapa, njaluk marang para dewa supaya bisa ketemu kalawan wanita jodhone.
Raja krajan Tabelasuket kasebut, ya Prabu Partawijaya, yektine nembe prihatin amarga nagarane kataman pagebluk, banjur ngudi tumbal kanggo nulak lan ngawekani pageblug kasebut.
Mbarengi kaanan kasebut, ing sawijining padhepokan, Resi Dwapara, sawijining mahadwija ing Atasangin, krasa meri amarga mjuride malik tingal, milih meguru marang Resi Kanumayasa ing pertapan Paremana.
Resi Dwapara nglapurake yen Resi Kanumayasa wus ngimpun para satriya lan raja-raja saka pirang-pirang nagara lan sedya merangi nagara Wirata. Nanging sabanjure, Resi Kanumayasa malah sansaya gedhe pangaribawane. Prabu Partawijaya banjur nemoni Resi Dwapara lan njaluk sarana lan sarat kanggo ngawekani pageblug ing negarane.
Resi Dwapara nyaguhi mbiyantu golek sarana lan sarat panjaluke Prabu Partawijaya. Yen Kanumayasa wus kasil dikalahake, Dwapara bakal enggal ngawekani pageblug sing dumadi ing krajan Tabelasuket.
Partawijaya banjur ngrabasa Paremana, nanging kabeh wadyabalane kasil diasorake. Partawijaya dhewe sing nandhang tatu ing paprangan kasebut banjur sesambat lan nyebut jeneng anak mantune, Bambang Sakri. Wusana, sawise rerembugan, dheweke dhamang yen Satrukem sing kasil ngasorake kasektene iku ora liya besane dhewe, bapakne Bambang Sakri.
Mula Partawijaya banjur bali mulih lan methuk Bambang Sakri dikanthi tumuju Paremana. Ing laku mulihe, Partawijaya mampir ing Atasangin lan ngrabasa Resi Dwapara. Paprangan dumadi kanthi rame banget.
Paratwijaya banjur tinggal glanggang nanging ninggal panantang supaya Resi Dwapara tumeka ing Paremana. Dwapara banjur ngrabasa Paremana dibiyantu murid-muride, ananging kalah lan mlayu bali tumuju Atasangin. Partawijaya tumeka ing Tabelasuket, Bambang Sakri lan Dewi Sati wus duwe anak lanang, nanging durung dijenengi. Sabanjure digawa ngadhep ing Paremana.
Dening Resi Kanumayasa, bayi kasebut dijenengi Parasara. Kanumayasa dumunung ing Paremana. Satrukem dumunung ing padhepokan Girisarangan. Resi Sakri ing Argacandi lan Parasara ing pertapan Srungga.
Kabeh papan kasebut dumunung ing pertapan sing ana gununge cacah pitu. Tlatah kasebut sinebut Saptaharga. Bambang Sakri akeh jasane marang Suralaya lan antuk kanugrahan gelar/pangkat.jejuluk “bathara”. ::Ichwan Prasetyo::
(http://wayang.wordpress.com/)

Download mp3 Bambang Sakri Krama